JAKARTA – Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena tarif resiprokal yang dimaksud baru diberitahukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump , sebesar 32 persen. Pengenaan tarif tinggi yang disebutkan dipastikan akan mengubah profil perdagangan antara kedua negara.
Merujuk laman resmi Kementerian Perdagangan, Negeri Paman Sam memang sebenarnya merupakan penyumbang surplus perdagangan nonmigas nasional tahun 2024. Angka surplus perdagangan Indonesia-AS sebesar USD16,08 miliar dari total surplus perdagangan nonmigas 2024, yaitu sebesar USD31,04 miliar. Ekspor nonmigas Indonesia ke Negeri Paman Sam antara lain terdiri dari garmen, peralatan listrik, alas kaki, dan juga minyak nabati.
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mana dirilis pada pertengahan Maret 2025, ekspor nonmigas Indonesia ke Amerika Serikat pada Februari 2025 sebesar 11,26 persen atau sebesar USD2,35 miliar, naik dari Januari yang digunakan sebesar USD2,33 miliar.
Surplus perdagangan terbesar Indonesia tercatat terjadi dengan AS. Sementara, defisit terdalam perdagangan Indonesia adalah dengan China. Pada Februari lalu, surplus perdagangan dengan Negeri Paman Sam sebesar USD1,57 miliar. Tiga komoditas utama penyumbang surplus terbesar yakni mesin dan juga perlengkapan elektrik juga bagiannya, pakaian serta aksesorinya, juga alas kaki.
Kebijakan terbaru dari pemimpin Negeri Paman Sam ini merupakan tonggak bersejarah yang dapat memacu tatanan global ke titik kritis. Hal ini memicu transisi yang menyulitkan, tak belaka bagi negara-negara mitra dagangnya, tapi juga bagi sejumlah warga Amerika oleh sebab itu keinginan pokok kelas menengah seperti perumahan, mobil, juga pakaian diperkirakan akan menjadi lebih banyak mahal.
Trump mengatakan, tindakannya dijalankan guna mendatangkan beratus-ratus miliar pendapatan baru bagi pemerintah Negeri Paman Sam serta memulihkan keadilan di perdagangan global. Ia telah dilakukan berjanji bahwa pekerjaan produksi akan kembali ke Amerika sebagai dampak dari perlakuan tarif baru tersebut. Akan tetapi, kebijakannya berisiko menyebabkan perlambatan perekonomian mendadak akibat konsumen serta kegiatan bisnis dapat menghadapi kenaikan tarif yang digunakan tajam.
Lebih lanjut, tarif yang mana lebih besar tinggi yang dimaksud ditetapkan Trump akan memukul perusahaan asing yang tersebut jual lebih lanjut berbagai barang ke Amerika daripada yang digunakan merekan beli. eksekutif pada dasarnya menghitung tarifnya untuk meninggal pendapatan yang dimaksud sebanding besarnya dengan ketidakseimbangan perdagangan dengan negara-negara tersebut. Trump kemudian memangkas setengah tarif yang dimaksud di tindakan yang digunakan ia gambarkan sebagai “sangat baik”.